Kamis, 28 Maret 2013


PERMASALAHAN PENGGUNAAN NAMA TUHAN

Pendahuluan :
Kelompok Zionisme atau juga kelompok yang menamakan diri mereka dengan Pemulihan Nama Tuhan  yang menurut saya adalah merupakan sekte yang salah kaprah dalam mengartikan nama Tuhan , mereka mempermasalah Lembaga Alkitab Indonesia ( LAI ) menggunakan kata Allah sebagai ganti nama Tuhan yang dimana menurut mereka ada beberapa hal yang membuat mereka tidak setuju dengan sebutan Allah tersebut :

1.    Kata Allah adalah sesembahan orang arab yang merupakan dewa air atau dewa bulan
2.       Nama Allah berasal dari Babilonia yang menyembah berhala yang menyebar ke daerah arab
3.       Allah adalah sesembahan agama Islam

Menurut mereka bahwa dengan mengganti nama Tuhan YHWH yang menurut mereka Yahweh adalah suatu bentuk penghinaan kepada Tuhan , bahkan mereka menyatakan selain sebutan nama Tuhan Yahweh yang lain adalah identik dengan nama dewa sehingga tidak di perbolehkan , dengan kata lain seluruh alkitab yang ada nama Tuhannya harus di ganti dengan Yahweh dan tidak boleh yang lain , dengan alasan bahwa itu adalah nama .
Mereka menggunakan ayat firman Tuhan seperti  Kel 20:7 , Mat 6:9 , Yes 42 :8 , Kel 3:15 , Zak 14:9  karena menurut mereka nama Yahweh harus di muliakan dan karena nama Yahweh adalah nama Tuhan adalah nama satu-satunya turun temurun .

Terhadap pandangan mereka lebih baik kita pahami terlebih dahulu sebelum kita menyetujui atau menolak tanggapan dari mereka :

I.                    MASORETIC  TEXT
Dalam Alkitab Ibrani (Masoretic Text ) ada tiga nama untuk menunjukan pribadi Pencipta Alam
semesta  yaitu :
1.       El / Elohim
Penggunakan Elohim dapat di gunakan sebagai gelar atau sebutan atau panggilan umum ( generic appelative ) atau bisa juga sebagai nama diri ( proper name ) tergantung dari penggunaannya , namun dalam prakteknya nama El lebih banyak di gunakan sebagai nama diri Tuhan sedangkan Elohim lebih banyak di gunakan sebagai sebutan atau gelar atau panggilan umum .
 Contohnya : Kej 33 : 20  “ Allah ( Elohim ) adalah Allah ( El )

2.       Adonai    
Adonai memiliki arti  “Tuan” atau “Tuhan”  berbeda dengan YHWH/YHVH yang di terjemahkan menjadi TUHAN dengan huruf besar , didalam perjanjian lama ada kurang lebih 300 kali kata Adonai di pakai sebagai kata depan YHWH , oleh Lembaga Alkitab Indonesia ( LAI ) agar tidak terjadi pengulangan tulisan Adonai YHWH di terjemahkan menjadi  “ Tuhan ALLAH”  berbeda dengan penulisan “ Allah”  yang merupakan terjemaham El/Elohim

3.       YHWH / YHVH                  
YHWH yang di kenal dengan istilah Tetragrammation adalah nama yang di kenal oleh Musa pada saat Dia bertemu dengan Tuhan , “ Akulah TUHAN ( YHWH ) Aku telah menampakan diri kepada Abraham , Ishak dan Yakub sebagai Allah yang maha kuasa ( El Shadday ) tetapi dengan namaKu TUHAN ( YHVH ) Aku belum menyatakan diri  - Kel 6 : 1-2
Penggunaan nama El juga di sejajarkan dengan nama YHWH misalkan kel 20: 5  “ Aku TUHAN ( YHWH ) , Allahmu ( Elohim ) adalah Allah ( El ) yang cemburu “ .

II.                  SEPTUAGINTA  
Sekita tahun 300 SM  Imam besar bait Allah di Yerusalem mengutus para ahli kitab Israel ke Mesir atas undangan Raja Ptolomeus Philadelpus untuk menterjemahkan Aklitab PL bahasa Ibrani kedalam bahasa Yunani yang di sebut septuaginta ( LXX atau 70 ) dalam terjemahan inilah istilah Elohim atau El di terjemahkan menjadi Theos dan YHWH menjadi Kurios ( Kyrios ) perubahan tersebut tidak menjadi masalah bagi orang Yahudi .
Bahkan Septuaginta di ginakan oleh Yesus maupun para rasul untuk mengabarkan tentang Firman Tuhan bahkan sebagian besar kutipan yang di ambil dari PL atau PB berasal dari Septuaginta , dengan demikian di pastikan bahwa tidak adanya masalah penterjemahan nama Tuhan tersebut .


III.                YESUS KRISTUS
Pada saat detik – detik kematian Yesus di atas kayu salib Yesus memanggil bapa dengan berkata “Eli/Eloi lama sabatani “ ( Mat 27:46 ; Mar 15:34 ) kata-kata tersebut bukanlah bahasa Ibrani  tetapi menggunakan bahasa Aram ( kalau bahasa Ibrani seharusnya El atau Elohim ) bahkan Yesus tidak menyebut YHWH  dengan kata lain memanggil nama Tuhan dengan bahasa lain atau non-Ibrani adalah hal yang wajar.

IV.                PESHITA  
Alkitab Aram-Syria atau Peshita  menggunakan kata Alaha yang merupakan pengembangan dari El , hal ini dapat di lihat pada penemuan kitab Peshita tertua dari awal abad ke 5 dimana kurang lebih 100-200 tahun sebelum islam muncul .
Penggunaan kata Alaha oleh Gereja ortodok Syria sudah terjadi lama sekali dan tidak di pengaruhi oleh budaya kafir atau masa jahiliah yang pada waktu itu bergerak di sekitar Mekkah  , pada pertengahan abad ke 6 di buktikan bahwa di sekitar syria nama Allah di sembah dengan konsep yang benar dimana inkripsi Ummul Jimmal  di awali dengan ungkapan “ Allah mengampuni “ (Allah ghafran )

V.                  ALKITAB BAHASA ARAB
dalam alkitab bahasa Arab menggunakan kata Allah merupakan pengembangan dari penyebutan nama El ke dialek bahasa Arab ,  istilah Allah berasal dari kata “ al – Ilah” atau Tuhan yang satu , penyebutan Allah sudah ada sebelum Alquran di tulis , penggunaan kata Allah bukanlah menjadi milik muslim saja kata tersebut sudah di pakai jauh sebelum islam ada di gunakan sebagai penyebutan untuk Tuhan .
harus di ingat bahwa nama El juga di pakai oleh Hagar ibu Ismael yang merupakan nenek moyang orang arab yang kemudian berkembang menjadi  “ Allah “  ( Kej 16: 13 )

VI.                PANDANGAN PAKAR ISLAM
cendikiawan Muslim Dr. Nurcholis Majid menyatakan kalau ada orang mengira istilah Allah hanya milik umat islam anggapan tersebut bertentangan dengan Al Quran sendiri ( qur’an 12:106 ) . penggunaan Allah sudah ada sebelum islam dan masa jahiliah ada , namun memang di akui bahwa kata Allah mengalami kemerosotan pada masa Jahiliah dimana kata Allah di pakai untuk menyebut nama dewa-dewa tetapi kaum arab Hanif atau Hunafa tetap memegang konsep keesaan Tuhan atau monotheisme yang di percaya oleh Abraham , ishak dan Ismail . kalaupun penggunaan nama Allah oleh umat islam sesudah jaman jahiliyah merupakan usah pemulihan kembai konsep Allah yang benar .

PENYIMPANGAN NAMA TUHAN
Jika kita renungkan, kemorosotan penggunaan nama El/Elohim juga pernah terjadi, bahkan dicatat dalam Alkitab. Bangsa Israel membuat patung lembu emas untuk disembah ketika mereka menunggu Musa turun dari gunung Sinai. Mereka kemudian berkata “Mari buatlah untuk kami allah (elohim) … hai Israel, inilah Allahmu (elohim) … berserulah Harun katanya: Besok hari raya bagi TUHAN (yahweh)!” seperti tercatat dalam Kel 32:1-5. Hal ini menunjukkan bahwa jika seseorang menggunakan nama Yahweh tidak otomatis tertuju kepada pribadi YHWH.

Berkaitan dengan pandangan bahwa nama sesembahan tertinggi itu tidak boleh diganti atau diterjemahkan maka akan timbul permasalahan karena secara harafiah nama Tetragramaton YHWH dalam kitab Ibrani tidak menyertakan huruf hidup (vokal “a, i, u, e, o”) hanya huruf mati (konsonan) YHWH. Bahkan orang Ibrani sendiripun tidak berani menyebut konsonan YHWH tetapi menyebut kata Adonai setiap bertemu dengan kata YHWH karena takut melanggar hukum Taurat. Jadi tidak ada yang tahu dengan pasti YWHW harus diterjemahkan menjadi apa; Yahwe, Yahweh, Yehovah, Jehovah atau Yehuwa? Yang perlu dipertahankan adalah hakikat dari YHWH itu sendiri, bukan detail ucapan huruf-huruf tersebut.

PERPECAHAN
Untuk itu harus di sadari oleh kita bahwa munculnya sekte atau aliran dengan mengatas namakan Pemulihan Nama Tuhan yang ada sekarang ini justru menimbulkan perdebatan dan perseruan internal  dimana akhirnya menuju kepada perpecahan , bisa anda bayangkan di satu sisi mereka mengusir yang namanya Roh Allah tetapi di sisilain  umat yang lain minta di penuhi oleh Roh Allah ..
Jemaat – jemaat yang mengikuti suatu aliran di karenakan pengetahuan teologi yang minim sehingga dengan mudah di pengaruhi  sehingga meninggalkan gereka untuk mendirikan gereja baru dengan konsep yang berbeda.

PENUTUP
Yang harus kita sadari bahwa pada akhir zaman ini akan banyak muncul pengajaran-pengajaran baru yang kelihatannya menarik , sepertinya memiliki kebenaran namun sebenarnya semua hanyalah sia-sia belaka dan menyesatkan .
Seperti ada tertulis dalam Firman Tuhan
Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! ( II Tim 4:2-5 )

 Menurut Olaf Schumann beberapa ciri aliran sesat atau bidat antara lain:
1.    Kultus individu, menanggap tokohnya paling benar. Biasanya pendapat-pendapatnya bertentangan dengan
       ajaran utama.
2.    Elitis dan eksklusif, menanggap keyakinan mereka paling benar, diluar itu tidak benar atau sesat.
3.    Mengecam gereja.
4.    Mempraktekan Taurat baru, terlalu terfokus kepada perjanjian lama.
5.    Fanatisme Yudaisme, dengan mengagungkan bahasa, adat istiadat orang Yahudi.
6.    Motivasinya dipertanyakan, cenderung menimbulkan kebingungan, pertentangan dan perpecahan.

akhirnya saya mau katakan bahwa Tuhan mencari Hati-hati penyembah yang menyembah Tuhan Abraham , Ishak dan Yakub terserah anda bagaimana cara nya yang terpenting anda tahu kepada Tuhan yang mana anda menyembah . 
mari kita menyimak perkataan rasul Paulus dalam I Kor 8:4-6
Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa."
Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi--dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian--
namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
                                     AMIN ........................


Rabu, 27 Maret 2013

Nama Tuhan 2


MISTERI NAMA TUHAN
PENDAHULUAN
Ajaran tentang nama Tuhan belakangan ini sangat marak di bicarakan khususnya di dunia maya , dan banyak mereka yang tidak memahami hal tersebut terjebak dalam kebingungan . untuk itu melalui blog ini saya ingin membantu meluruskan hal-hal yang berkembang yang membingunkan anak-anak Tuhan belakangan ini , sekalipun mungkin penjelasannya masih banyak kekurangan namun minimal saya bisa membantu anda untuk memilih dengan benar dalam mengikuti Tuhan .

Kata TUHAN yang di nyatakan dengan huruf  besar dalam Alktab dan di kenal dengan  Tetragrammaton , dan itu menyatakan kombinasi dari huruf – huruf Ibrani yaitu :

Y H W H atau Y H V H

Nama itu adalah nama yang Tuhan ucapkan kepada Musa pada saat Musa di panggil untuk membebaskan bangsa Israel , dimana dalam bahasa Inggris di kenal dengan sebutan I AM  dan Indonesia AKULAH AKU .
Dalam pelafalannya huruf-huruf tersebut adalah  : Yud – Heh – ( Vav dalam Ibrani moderen sedangkan Wah dalam ibrani kuno ) dan kemudian Heh .

Sebutan nama Tuhan itu telah lama tidak di ginakan karena nenek moyang bangsa Israel menolak mengucapkannya semenjak satu generasi sebelum kehancuran bait suci di Yerusalem oleh bangsa Romawi , saat ini ada aliran yang menyebut YHWH sebagai Yahweh dan itu di ucapkan oleh yahudi ortodok .

Selain yahweh yang beredar sekarang ini ada juga yang mengucapannya dengan Yehovah yang di aman pelafalan ini lebih berlafalkan dari bangsa Jerman  dan istilah ini dapat di telusuri kembali sampai paling tidak kekarya latin  Pugio Fidei  oleh Raymund Martin seorang cendikiawan katolik , dan karyanya di tulis pada tahun 1530  di jerman.

YHWH ( Yud Heh Wah Heh )  
 Suatu ideogram adalah suatu symbol yang menyatakan suatu ide, seperti tanda berbentuk laki-laki atau wanita yang anda lihat di luar pintu-pintu kamar mandi umum. Huruf-huruf Ibrani mempunyai makna-makna ideografik sejak zaman paling purba  , ada beberapa makna ideografik bagi setiap huruf. Aleph, sebagai contoh, huruf pertama dari abjad Ibrani, bisa berarti ‘lembu’ maupun ‘banteng’. Beth, huruf kedua dari abjad Ibrani, menyatakan kata-kata ‘rumah’ atau ‘kemah’. Namun dalam setiap perkara, ide-ide yang dinyatakan oleh setiap huruf saling berhubungan secara erat.

Makna ideografik ‘Yud Heh Waw Heh’(Y H W H) yang secara lazim paling diterima oleh cendekiawan Yahudi sepanjang abad,….. penerjemahan huruf-huruf nama kudus TUHAN,…… yang diperkatakan sebagai ‘Yud Heh Waw Heh’ (Y H W H) secara simbolis dapat diterjemahkan secara akurat sebagai :

* Yud = tangan;
* Heh = jendela atau makna ‘pandanglah’ atau ‘lihatlah’;
* Waw = paku.

Jadi dikatakan secara simbolik, kombinasi huruf-huruf ini bisa secara akurat dan paling pasti diterjemahkan sebagai :
‘Yud Heh Waw Heh’ (Y H W H) = Lihatlah tangan itu, lihatlah paku itu.
Yeshua, atau Yesus, dalam bahasa Ibrani berarti  YHWH , artinya Keselamatan Kita, Jadi nama YESUS atau YESHUA adalah YHWH itu sendiri yang datang ke dalam daging menjelma menjadi manusia,…..di atas salib di bukit golgota terdapat rahasia siapa YHWH itu sebenarnya….

” LIHATLAH TANGAN ITU, LIHATLAH PAKU ITU ” = YHWH

Siapakah DIA yang tangannya dipaku di atas kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia ? DIA adalah YESUS atau YESHUAYHWH = YESUS / YESHUA HAMASIAH Inilah rahasia nama TUHAN


salam

Selasa, 19 Maret 2013



Pendahuluan.

NAMA TUHAN
 

Makalah ini disusun untuk memberikan tinjauan atas dinamika perkembangan akhir-akhir ini di kalangan warga gereja, khusus berkenaan dengan kontroversi penggunaan nama “ALLAH” di dalam Alkitab, kegiatan ibadah dan misi kristiani. Penghargaan yang seluas-luasnya diberikan kepada mereka yang telah menulis dan menyebarkan brosur dan buku tentang “Siapakah yang Bernama Allah Itu?” Hal ini disebabkan karena dengan beredarnya beberapa literatur seperti itu, dinamika kehidupan Kristiani di tanah air diajak dan dilatih kembali untuk berpikir kritis terhadap latar belakang tradisi dan unsur-unsur budaya yang dianut dan dilestarikan selama ini.

Akhir-akhir ini terdengar praktek-praktek tertentu, yang juga perlu dikritisi, karena berpotensi ke arah perpecahan, jika tidak dicarikan solusi yang memadai. Ada sebagian orang yang mulai mengadakan praktek pengusiran Roh Allah. Lainnya mulai bersikap antagonis terhadap nama Allah dan melarang orang menggunakan nama Itu.

Bolehkah kita mempertahankan penggunaan nama “Allah” dikalangan umat kristiani, ataukah kita harus berhenti dan menggantikannya dengan nama lain untuk obyek penyembahan kita? Bertitik tolak dari pertanyaan ini, kita berusaha dengan pertolongan Tuhan untuk mencari pemecahan yang seobyektif mungkin dari perspektif , gramatikal, historikkal, kultural, dan kontekstual, yang kesemuanya akan dianalisa secara kritis dalam terang Alkitab.

Doktrin Inspirasi.
Dalam Bibliologi (dogma tentang pewahyuan dan inspirasi Alkitab), kita belajar bahwa Roh Kuduslah yang menuntun para penulis Alkitab untuk menulis apa yang perlu dan memilih kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam penulisan (2 Tim.3:16, 2 Pet.1:20, 21). Hal ini berlaku untuk seluruh Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Inilah yang disebut “verbal, plenary inspiration”. Keyakinan inilah yang membuat kita percaya akan kualitas dan sifat Alkitab yang tidak bersalah (inerrant-infallible).

Roh Kudus, yang maha bijaksana, telah menuntun dan menetapkan, bahwa dalam kepentingan misi dunia, dan dalam kaitan dengan penyebaran Injil secara global, maka bukan bahasa Ibrani lagi yang dipakai untuk menjadi naskah asli Perjanjian Baru, nelainkan bahasa Yunani. Dengan demikian, para penulis Perjanjian Baru diilhami (diberi inspirasi) untuk menerjemahkan “Yahweh” dengan “Kyrios” , kemudian “El” dan “Elohim” (tunggalnya Eloah) dengan “ Theos”. Roh Kudus merasa perlu berbuat demikian karena bahasa Yunani ketika itu adalah bahasa internasional atau bahasa pergaulan, yang menghubungkan orang-orang yang berlainan bahasa (lingua franca).

Contoh dari kebijaksanaan Roh Kudus itu adalah Wahyu 19:4, dikatakan dengan jelas sembahlah Theos. Tidak dikatakan sembahlah Elohim. Walaupun ke dua nama itu baik Elohim maupun Theos adalah nama-nama sebutan umum (generic names), yang juga bisa dipakai untuk ilah-ilah lain (Kittel 1985, 326), tetapi Roh Kudus menggunakan keduanya dalam Alkitab, dan khusus untuk Perjanjian Baru Ia memilih Theos untuk nama bagi obyek sembahan, bahkan Yesus sendiri yang adalah Logos itu disebut “Theos” (Yoh.1:1).

Nama “Yahweh” memang bukan generic name, karena dipakai secara khusus untuk obyek sembahan Israel. Ini adalah nama pribadi, atau personal name (Achtemeter 1990, 684) bagi Tuhan yang dikenal di Israel, yang harus diindahkan, dikuduskan, dihormati dan tidak boleh disebut dengan sembarangan. Kendatipun demikian, dalam kebijaksanaan Roh Kudus ketika memberikan inspirasi kepada penulis Perjanjian Baru, Ia memilih kata Kyrios sebagai terjemahan atau pengganti “Yahweh”.

Siapakah yang akan keberatan atas kebijaksanaan inspirasi Roh Kudus ini? Siapa kita untuk mengatakan tidak boleh nama “Yahweh” diganti atau diterjemahkan ke nama atau gelar lain? Sesungguhnya kita tidak lebih bijaksana daripada Roh Kudus. Orang Manado tidak lebih bijaksana daripada Roh Kudus. Begitu juga orang Jawa tidak lebih arif daripada Roh Kudus, atau semua orang Indonesia tidak lebih pintar daripada Roh Kudus.

Nama Allah Pra Islam.
Bagi orang-orang Arab pra-Islam nama Allah sudah dikenal dalam pengertian dipakai. Yang dimaksudkan dengan pra-Islam disini adalah era sebelum tahun 610. Menurut Ensiklopedi Islam: Kata Allah sudah dikenal oleh masyarakat Arab sebelum Islam. Itu terlihat dari nama mereka yang mengandung kata tersebut, seperti nama Abdullah (Abdi Allah). Sejarah menunjuk bahwa pada masa Nabi Muhamad SAW terdapat orang-orang yang menganut agama wahyu sebelum Islam, yang hanya menyembah Allah SWT, sebagaimana yang dilakukan kaum Hanif (Ridwan 1994, 124).

Kaum Hanif adalah orang-orang yang diyakini hidup sebelum Islam dan dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang benar keyakinannya. Hanif sendiri adalah sebutan untuk kaum monoteis yang tidak memeluk agama tertentu dan tinggal di Jazirah Arabia (Ahmadi 1991, 92). Selanjutnya dijelaskan bahwa: Konsep masyarakat Arab pra-Islam, khususnya penduduk Mekah, mengenai Allah SWT dapat diketahui melalui Al-Qur’an. Allah SWT bagi mereka adalah pencipta langit dan bumi yang memudahkan peredaran matahari dan bulan, yang menurunkan air dari langit, tempat menggantungkan harapan, Surah 29:61,63; 31:25; 39:38; 43:9,87; 13:17 (Ridwan 1994, 124).

Dari informasi yang kita peroleh di atas, maka Allah itu dikenal oleh orang-orang Arab pra-Islam sebagai (1) pencipta langit dan bumi, (2) yang memudahkan peredaran matahari dan bulan, (3) yang menurunkan air dari langit, (4) tempat menggantungkan harapan.

Berdasarkan data-data Al-Qur’an sendiri, maka ada orang kemudian menafsirkan Allah itu sebagai dewa pengairan, yang mengairi bumi, karena Muhamad Wahyuni Nafis menuliskan: “Allah bagi orang-orang Arab pra-Islam dikenal sebagai “dewa” yang mengairi bumi sehingga menyuburkan pertanian dan tumbuh-tumbuhan serta memberi makanan ternak” (Nafis, 1998, 85). Penjelasan ini kemudian dikembangkan lagi oleh beberapa orang kristen dan diberi penekanan khusus pada istilah “dewa”.

Dalam pengamatan kami, bahwa mungkin dari penekanan pada istilah “dewa” itulah kemudian muncul beberapa gagasan "salah kaprah" dan anjuran sebagai berikut:

1. Bahwa lembaga Alkitab Indonesia telah membuat kekeliruan dalam menerjemahan Alkitab karena menggunakan nama Allah.
2. Bahwa orang-orang kristen tidak boleh menggunakan nama Allah.
3. Bahwa menggunakan nama Allah adalah penghujat kepada Tuhan.
4. Semua nama Allah dalam Alkitab harus diganti dengan bahasa Ibrani. Begitu juga nama-nama dari tokoh-tokoh Alkitab.

Penafsiran, gagasan dan anjuran demikian itu telah mengundang polemik yang perlu dicarikan solusi, agar tidak merembet ke arah keresahan dan perpecahan di kalangan warga gereja.

Bagi masyarakat pra-Islam dan khususnya mereka yang tinggal di daerah-daerah yang bentuk geografisnya gersang, berbatu dan padang gurun, air merupakan kebutuhan hajat hidup yang sangat penting. Apalagi bagi para peternak, yaitu masyarakat Beduin, yang mengembala domba atau kambing mereka. Barangkali bagi mereka, air itu lebih penting daripada emas. Situasi kondisi geografis demikian telah menyebabkan berkembang suatu budaya dalam sejarah bangsa Arab, bahwa Allah yang memegang kekuasaan untuk mengatur hal-hal yang paling berharga dan penting bagi mereka. Misalnya peredaran matahari dan bulan, perairan dan musim.

Sesungguhnya pengamatan kami atas kontroversi yang ada sekarang ini, diakui atau tidak, disebabkan karena penggunaan istilah “dewa”, suatu istilah yang tidak pernah digunakan di dunia Arab, dan yang didefinisikan secara akurat. Kita semua mengetahui bahwa istilah ini berasal dari bahasa Sangsekerta, bukan bahasa Arab. Karena itu kita perlu mendefinisikan dulu istilah ini, kemudian melihat padanannya dalam bahasa Arab. Apabila sudah dilakukan demikian, maka kita akan terhindar dari hal-hal yang membingungkan dan dapat mengatasi polemik yang sedang berlangsung sekarang ini dikalangan warga gereja.

Kajian Etimologis.
Riset mengenai asal-usul munculnya istilah atau nama “Allah” perlu dibahas sebagaimana mestinya. Beberapa pandangan tentang nama tersebut dapat dikemukakan disini, anatara lain yang dikemukakan oleh Abd-Al-Masih dalam bukunya “Who is Allah in Islam?”, beliau menuliskan:

In the Arabic language, the name Allah is a study in itself. The word can be understood as a sentence al-el-hu. “El” is an old Semitic name for God meaning “the strong and almighty”. The Islamize name, Allah, corresponds to the Jewish name Elohim, which can also be understood as a statement: al-el-hum. Although the Jewish name Elohim contains the possibility of a plural (hum), the name of Allah (hu) can only singular. (Abd-Al-Masih n.d, 37).

Abd-Al-Masih berpendapat bahwa nama Allah dapat dipahami sebagai suatu kalimat al-el-hu. Sedangkan kata “El” sendiri adalah bahasa Semitik lama untuk Tuhan yang berarti “yang kuat dan berkuasa (maha kuasa)”. Selain itu, beliau melihat bahwa Allah itu berpadanan atau cocok dengan nama Elohim.

Diungkapkan bahwa: Secara kebahasaan, kata Allah sangat mungkin berasal dari kata Al-Ilah. Kata itu mungkin pula berasal dari bahasa Aramea, Alaha yang artinya Allah. Kata Ilah (Tuhan yang disembah) dipakai untuk semua yang dianggap sebagai Tuhan, atau yang maha kuasa.

Dengan penambahan huruf alif lain didepannya sebagai kata sandang tertentu , maka kata Allah dari kata al-Ilah dimaksudkan sebagai nama Zat Yang Maha Esa, Maha Kuasa dan Pencipta Alam semesta. (Ridwan 1994, 124).

Pandangan lain yang dikemukakan oleh Thomas Patrick Hughes dalam kamusnya yang berjudul “Dictionary of Islam”. Menurut bahasan beliau:

Allah is supposed to be derived from ilah, a deity or god, with the addition of the definite article al-Al-ilah, ‘the God’- or, according to some authorities, it is from lah, i.e Al-lah, the ‘secret one’Allah may be an Arabic rendering of the Hebrew, and the unused root “to be strong”, or from the singular form of. (Hughes 1978).

Berdasarkan pandangan Hughes, nama “Allah “ bisa berasal dari “ilah” dan dengan penambahan kata sandang “al” menjadi “Al-ilah”. Bahkan dari beberapa sumber yang berwewenang, mereka memahami asal-usul dari “Allah” dari kata “lah” kemudian ditambah “al” sehingga menjadi Allah yang berarti “yang rahasia”. Dalam hal ini bisa kita artikan “yang ajaib”. Hughes juga melihat kaitan antara nama “Allah” sebagai pengertian bahasa Arab dari bahasa Ibrani “El”. Pula dari suatu akar kata yang tidak dipakai “ul” yang berarti “menjadi kuat”, atau dari kata “Eloah”, yaitu bentuk tunggal dari kata “Elohim”. Jadi kata “Allah” dapat ditarik dari asal kata “ilah” ditambah kata sandang “Al”.

Dari beberapa pandangan di atas, kita menemukan bahwa oleh karena bahasa Arab adalah termasuk rumpun bahasa Semitik, dan sama halnya dengan bahasa Ibrani, maka mereka mengkaitkan kata “Allah” itu kepada kata “El”, Eloah dan Elohim, yaitu nama-nama sebutan umum (generic names) untuk obyek-obyek penyembahan. Dalam Perjanjian Lama, semua nama sebutan umum itu bisa dipakai untuk obyek-obyek sembahan lainnya, kalau tidak diberikan penjelasan atau dikaitkan dengan Yahweh.

Allah Dalam Islam.
Dalam theologi Islam, istilah ”Allah telah mengalami perluasan makna. Bahkan banyak kemiripan dengan konsep theologi yang ada dalam Yudaisme. Menurut Ahmad Roestandi, “Allah” nama sebutan yang tercantum dalam Al-Qur’an bagi Dzat Tuhan Maha Pencipta, Dzat Yang Maha Abdi yang digunakan oleh seluruh umat Islam dari segala bangsa dan bahasa. Dalam Al-Qur-an lapadz Allah disebut sebanyak 2.799 kali (Roestandi 1993, 16-17).

Perlu kiranya dipahami bahwa dalam Islam Allah itu mempunyai sifat dua puluh, atau dikenal dengan “Ash-Shifatal ‘Isyrun”. Pembahasan mengenai sifat-sifat Allah ini termasuk pada ilmu kalam atau ilmu tauhid, dan sering juga disebut ilmu ushuludin. Adapun ke dua puluh sifat Allah itu seperti terlihat pada daftar dibawah ini:

Mereka yang terlibat dalam pembahasan ilmu kalam ini disebut mutakallimin. Adapun ke dua puluh sifat Allah itu seperti terlihat pada daftar dibawah ini:

(1). Wujud, artinya ada; (2) Qidam, artnya tak ada permulaan bagi adanya Allah; (3) Baqa, tak ada kesudahan bagi Allah; (4) Mukhalafatu Lilhawaditsi, artinya berlainan dengan segala mahluk; (5) Qlyamuhu Binafsihi, artinya berdiri sendiri tidak tergantung pada sesuatu yang lain; (6) Wahdaniyah artinya tunggal tidak ada sekutunya. Sifat (1-6) diatas disebut sifat salbiyah, artinya tiada kemudahan Allah dengan apapun. (7) Qudrat, artinya kuasa atas segala hal dikehendaki-Nya; (8) Iradat, artinya kehendak yang merdeka; (9) ‘Ilmu, artinya tahu atas segala hal; (10) Hayat, artinay hidup; (11) Sama, artinya pendengar atas segala hal; (12) Bashar, artinya penglihatan atas segala hal; (13) Kalam, artinaya perkataan. Sifat (7-13) diatas disebut sifat Ma’ani. (14) Qadiran, artinya maha kuasa; (15) Muridan, artinya maha berkemauan; (16) ‘Aliman, artinya maha mengetahui; (17) Hayan, artinya maha hidup; (18) Sami’an, artinya maha mendengar; (19) Bashiran, artinya maha melihat; (20) Mutakaliman, artinya maha berkata(berfirman). Sifat (14-20) diatas disebut sifat Ma’na Wiyah yang merupakan peraga dari sifat Ma’ani.(Roestandi 1993, 253).

Dalam Islam, Allah adalah Dzat. Istilah “dzat” (Zat) diartikan sebagai “wujud, atau hakikat; sesuatu yang menyebabkan terjadinya adanya sesuatu”.(Salim 1991, 1730). Sedangkan dalam hukum Islam, istilah ini didefinisikan seperti yang dikemukakan oleh Thomas Patrick Hughes, in Moslem law, zat signifies the body connected with the soul, in opposition to “badan”, which means “the material body”.(Hughes 1978, 702). Dengan demikian, dzat menurut pemahaman ini lebih berkaitan dengan jiwa, bukan dengan materi.

Dari uraian dalam Ensiklopedi Islam, kita temukan bahwa dzat Allah sulit dipahami oleh manusia. Karena dikatakan, “Zat Allah SWT lebih besar dari apa yang dikuasa oleh akal manusia, dari apa yang terjangkau oleh pikiran-pikiran manusia atau yang mungkin diduga oleh akal dan pikiran manusia (Ridwan 1994, 124).

Mengenai sifat-sifat Allah dapat juga dipahami melalui apa yang disebut “asmaul husna”, atau nama-nama yang indah dari pada Allah, yang jumlahnya sebanyak sembilan puluh sembilan (99). Misalnya Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Awal, Al-Akhir, dll.

Dalam pengamatan kami, didasarkan pada apa yang menjadi penjelasan Islam tentang Allah dan sifat-sifatnya, maka walaupun istilah “Roh” tidak dipakai dalam uraian theologi Islam, dalam menerangkan tentang Allah, tetapi konsep “dzat” ada kemiripannya atau indentik dengan “Roh” dalam terminologi theologi Kristen.


Perkenalan

NAMA TUHAN

Pendahuluan

Merupakan suatu yang masih dalam perdebatan sekarang ini , dan banyak orang yang mulai terpengaruh dengan mereka yang mengajarkan tentang nama Tuhan ( aliran Zionisme , atau Pemulihan nama Tuhan ) yang berusaha untuk mengacaukan iman anak-anak Tuhan dengan pernyataan mereka yang tidak memiliki dasa kebenaran yang kuat didalamnya .

untuk itu blog ini di buat untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak Tuhan yang ada dalam  kebimbangan , kami berharap melalui blog banyak membantu mereka yang ada dalam keraguan untuk tetap percaya kepada Tuhan dengan benar .

sekali lagi melalui blog ini akan di bagikan banyak pemahaman tentang Tuhan , dan kami berharap ini akan banyak membantu anda sekalian ..


salam
Agus Hermawan